Ada bagian dari diri kita yang kadang muncul tanpa permisi—perasaan nggak cukup, takut ditinggalkan, atau marah yang sulit dijelaskan. Banyak orang menyebutnya inner child, si anak kecil di dalam diri yang masih menyimpan cerita lama.
Luka itu bisa datang dari masa lalu yang sudah lama lewat. Mungkin dari kata-kata yang menyakitkan, perasaan diabaikan, atau pengalaman yang membuat hati kecilmu merasa sendirian. Dan tanpa sadar, sisa-sisa luka itu ikut terbawa sampai dewasa—membuatmu ragu, sulit percaya diri, atau gampang sekali merasa nggak aman.
Menyembuhkan luka inner child bukan soal menghapus masa lalu, tapi tentang berani duduk bersama perasaan itu. Kadang, prosesnya dimulai dari hal-hal sederhana: menulis jurnal, ngobrol pelan-pelan dengan diri sendiri, atau sekadar memberi ruang untuk perasaan yang selama ini dipendam.
Ada hari-hari di mana kamu bisa bilang ke diri kecilmu, “Terima kasih sudah bertahan. Aku di sini sekarang, menemani.”
Terkadang, perjalanan ini terasa berat kalau dijalani sendirian. Dukungan dari orang terdekat—pasangan, sahabat, atau komunitas yang aman—bisa jadi pelukan hangat saat kamu mulai membuka luka lama. Dan kalau rasanya terlalu berat, nggak apa-apa kok untuk mencari bantuan profesional.
Di ruang terapi, kamu bisa belajar mengenali akar luka, membongkar pola lama, dan membangun cerita baru tentang dirimu sendiri. Bukan soal mencari siapa yang salah, tapi tentang memberi ruang bagi diri kecilmu untuk didengar dan dipahami.
“Menyembuhkan luka lama itu perjalanan yang pelan-pelan. Setiap langkahnya layak dirayakan, sekecil apa pun itu.”
Yang penting, kamu nggak lagi mengabaikan suara anak kecil di dalam dirimu. Karena dari sanalah, penyembuhan sejati bisa benar-benar dimulai.