Marah itu boleh. Bahkan, marah adalah emosi yang wajar dan manusiawi. Kita bisa marah karena merasa dilukai, diperlakukan tidak adil, atau saat ada batas yang dilanggar. Marah memiliki fungsi penting, yaitu sebagai sinyal bahwa ada sesuatu yang salah dan perlu diperbaiki.
"Marah adalah suara hati yang perlu didengar, bukan ditakuti."
Tapi, kenapa kadang saat kita marah, malah disalahkan? Hal ini sering terjadi bila ekspresi marah tidak disampaikan dengan tepat. Marah yang meledak-ledak atau diluapkan pada waktu dan orang yang salah justru bisa memperburuk keadaan. Hubungan menjadi renggang, kepercayaan terkikis, dan kita pun rugi sendiri.
Kuncinya adalah mengenali kapan dan bagaimana cara mengekspresikan marah dengan bijak. Ambil waktu untuk menenangkan diri saat emosi mulai memuncak. Setelah itu, sampaikan dengan kalimat yang jelas dan tidak menyerang, seperti: “Aku marah karena….” Cara ini membuat orang lain mengerti maksud kita tanpa merasa diserang.
"Marah yang terkelola adalah tanda kedewasaan dan rasa hormat terhadap diri dan orang lain."
Marah yang berkelas bukan berarti menahan emosi, tapi mampu mengendalikannya agar menjadi sarana komunikasi yang sehat. Dengan begini, marah bukan hanya wajar, tapi juga bermanfaat untuk perubahan dan pemahaman.