Dulu, aku sering merasa sendirian bahkan di tengah orang-orang yang katanya dekat denganku. Setiap kali aku bercerita, tanggapannya selalu sama: “Yang capek bukan kamu aja kok.” Padahal aku hanya ingin dimengerti, bukan dihakimi.
“Aku percaya, kalau mereka sayang, harusnya mereka tahu tanpa aku perlu menjelaskan.”
Tapi keyakinan itu justru membuatku semakin lelah. Aku menarik diri, berharap orang lain bisa membaca suasana hatiku. Nyatanya, aku malah semakin terasing di pikiranku sendiri.
Sampai akhirnya aku sadar: mungkin bukan mereka yang tidak peduli, tapi aku yang belum tahu cara bicara. Aku ingin didengar, tapi tidak memberi ruang untuk dipahami.
Perlahan, aku belajar bicara tanpa takut disalahpahami. Lewat jurnal, lewat percakapan canggung. Aku belajar bahwa tidak semua orang punya kemampuan yang sama untuk memahami, dan itu bukan berarti aku tidak layak dimengerti.
“Aku tidak lagi menunggu seseorang untuk menebak isi kepalaku.”
Kini aku lebih tenang. Aku tahu, aku bisa menciptakan ruang untuk memahami diriku sendiri. Aku tidak lagi menuntut hubungan yang sempurna—cukup yang saling mendengarkan dengan tulus.
Dan untukmu yang masih merasa sendirian karena tidak dipahami… tidak apa-apa. Kamu tidak perlu terburu-buru membuat semua orang mengerti. Yang penting, kamu mulai mengenali dirimu. Dari sanalah, kedamaian pelan-pelan akan datang.
By Alvin Benedict