Aku selalu ingin jadi orang yang bisa diandalkan. Datang lebih awal, kerja cepat, bantu siapa pun yang kewalahan. Rasanya menolong itu bukan kewajiban, tapi naluri.
“Aku ingin terlihat kuat, bahkan saat aku lelah.”
Tapi lama-lama, tubuhku mulai protes. Fokus hilang, tidur terganggu, kepala penuh tekanan. Aku tetap bilang “baik-baik saja”, karena takut dianggap tidak kompeten. Sampai suatu hari, aku melakukan kesalahan kecil. Rasanya seperti semua yang kutahan meledak.
Untuk pertama kalinya, aku tidak ingin terlihat kuat. Aku hanya ingin istirahat.
Seorang teman melihat kondisiku dan berkata, “Kalau kamu mau, kamu bisa cerita ke aku.” Aku akhirnya jujur: “Aku capek, capek sekali.” Kami bicara tentang rasa takut mengecewakan orang, tentang sulitnya minta tolong, dan tentang makna menjadi kuat.
“Orang yang terlihat paling kuat, sering kali jarang ditanya apakah dia baik-baik saja.”
Sejak itu, aku mulai belajar menolak dengan tenang. Menjawab jujur saat ditanya, dan memberi waktu untuk diriku sendiri. Awalnya canggung, tapi ternyata tidak ada yang marah. Justru, mereka menghargai kejelasan itu.
Hari ini, aku sadar: aku terlalu sibuk terlihat sempurna sampai lupa menjadi manusia.
By Alisha Ardelia