Cerita Pulih

Belajar Bercerita Lagi

Alvin Benedict

Cerita Pulihku

Dari luar, keluargaku tampak suportif. Tidak pernah ada teriakan, jarang bertengkar. Tapi semakin aku tumbuh, aku sadar: setiap cerita yang kubagi, tidak pernah berhenti di orang yang kuajak bicara.

“Rasanya seperti pengkhianatan yang diulang terus.”

Cerita tentang teman, perasaan, bahkan hal pribadi—semuanya bocor. Aku mulai kehilangan rasa aman. Saat aku diam, mereka bilang aku berubah. Padahal aku hanya ingin punya ruang untuk melindungi diri.

Ketidakpercayaan itu terbawa ke luar rumah. Aku jadi sulit terbuka, bahkan pada orang yang niatnya baik. Setiap kali ada yang bertanya kabar, aku langsung curiga. Aku pikir, kalau keluarga saja bisa menyebarkan rahasia, bagaimana dengan orang lain?

Sampai akhirnya, aku bercerita pada seorang teman. Tentang rasa takutku, tentang bagaimana aku hanya butuh tempat aman untuk bercerita. Bukan solusi, bukan pendapat—hanya ruang yang tidak bocor.

“Aku bukan menarik diri. Aku sedang melindungi diri.”

Setelah itu, aku mencoba bicara dengan keluargaku. Tidak mudah, tapi mereka mendengarkan. Aku tahu butuh waktu, tapi setidaknya aku sudah mencoba.

Sekarang, aku belajar memilih apa yang ingin kubagikan. Aku mulai percaya lagi, pelan-pelan. Mungkin belum sepenuhnya pulih, tapi aku ingin suatu hari bisa bercerita seperti dulu—tanpa takut, tanpa ragu.

Related Articles

Card image
Cerita Pulih
Pulih Lewat Hal-Hal Kecil

"Pulih bagiku bukan soal menemukan tempat pelarian, tapi tentang menciptakan ruang tenang di dalam diri."

By Alisha Ardelia
04 November 2025
Card image
Cerita Pulih
Aku Ingin Didengar, Bukan Ditebak

"Dipahami itu bukan hak, tapi hadiah. Dan hadiah itu hanya bisa diterima ketika aku berani membuka diri, bukan saat aku menutup hati dengan diam."

By Alisha Ardelia
04 November 2025
Card image
Cerita Pulih
Terlalu Sibuk untuk Jadi Manusia

"Hargai batasanmu, meskipun kamu harus berkata tidak."

By Alvin Benedict
04 November 2025