Profesional Story

Bertumbuh Berdaya: Obrolan Pelan-pelan Tentang Diri

Bertumbuh Berdaya

@bertumbuh.berdaya @-

Platform Belajar Menjadi Orang Dewasa


Kadang, hidup terasa seperti perjalanan panjang yang nggak selalu jelas arahnya. Ada hari-hari di mana kamu bangun pagi, lalu bertanya ke diri sendiri, “Aku ini sudah sampai di mana, ya?”
Bertumbuh. Berdaya. Dua kata yang mungkin sering kamu dengar, tapi kadang terasa jauh dari kenyataan sehari-hari.

Aku juga pernah ada di titik itu—merasa belum cukup, belum mampu, atau bahkan belum tahu mau ke mana. Tapi, lama-lama aku sadar, berdaya itu bukan soal pencapaian besar atau pengakuan dari luar. Rasanya lebih seperti bisikan kecil di hati, “Kamu bisa, kok. Pelan-pelan aja.”

Merasa berdaya itu kadang muncul dari hal-hal sederhana. Dari keberanian untuk bangun lagi setelah jatuh. Dari kemampuan untuk bilang “nggak apa-apa” ke diri sendiri, meski hari itu rasanya berat. Dari kesadaran bahwa kamu punya sumber daya—entah itu pengalaman, teman, keluarga, atau sekadar waktu untuk istirahat.

Setiap orang punya cerita sendiri. Ada yang tumbuh di keluarga hangat, ada yang harus belajar mandiri sejak kecil. Ada yang pernah jatuh cinta lalu patah hati, ada yang masih mencari makna di balik rutinitas kerja.
Nggak ada hidup yang benar-benar mulus, dan itu nggak apa-apa. Justru, dari situ kamu belajar jadi lebih kuat.

“Kadang, kekuatan itu tumbuh dari luka yang perlahan sembuh. Dari tantangan yang akhirnya bisa dilewati.”

Aku suka membayangkan diri sendiri seperti tumbuhan kecil. Ada masa-masa jadi biji, diam di tanah, menunggu waktu yang pas buat bertunas. Ada masa-masa tumbuh pelan-pelan, cari cahaya, cari air, kadang diterpa angin. Ada juga masa-masa mulai berbunga, lalu berbuah, dan akhirnya bisa berbagi ke sekitarnya.

Coba deh, tanya ke diri sendiri:
Sekarang kamu lagi di fase yang mana?
Masih jadi biji yang menunggu?
Atau sudah mulai tumbuh, meski pelan?
Atau mungkin sudah berbunga, siap berbagi keindahan?
Atau bahkan sudah berbuah, siap berbagi kebaikan?

Nggak ada fase yang lebih baik dari yang lain. Semua proses itu penting. Yang paling penting, kamu hadir untuk diri sendiri—mendengarkan, menerima, dan merawat apa pun yang sedang kamu rasakan.

“Kadang, yang paling dibutuhkan cuma hadir untuk diri sendiri. Duduk sebentar, tarik napas, dan bilang: ‘Terima kasih, ya, sudah bertahan sampai hari ini.’”

Perjalanan jadi dewasa juga sering terasa saat jatuh cinta. Ada sisi rapuh yang muncul, ada emosi yang naik turun, ada keinginan untuk dekat tapi juga butuh ruang sendiri. Relasi romantis memang bisa jadi cermin—tempat kita belajar mengelola emosi, belajar terkoneksi, dan belajar bertumbuh bersama.

Kerja juga begitu. Kadang, kita kerja keras cuma buat bertahan. Kadang, kita kerja buat keluarga, buat mimpi, atau sekadar buat hari ini saja. Ada masa-masa menabung pengalaman, ada masa-masa menabung penghasilan, ada masa-masa menabung kebaikan.
Nggak apa-apa kalau sekarang kamu masih mencari makna di balik semua itu. Nggak apa-apa kalau kadang lelah. Yang penting, kamu tetap mau mengenal dan menemani diri sendiri.

“Bertumbuh itu proses. Kadang pelan, kadang cepat. Tapi setiap langkahnya layak dirayakan.”
 

Related Articles

Card image
Profesional
Pulih Tanpa Harus Mengorek Masa Lalu

“Pemulihan bukan tentang menghapus masa lalu, tapi tentang bagaimana kamu merespons kehidupan sekarang.”

By Nabilla
22 April 2025
Card image
Profesional
Bahasa Rasa Untuk Menemukan Kekuatan Diri

"Discovering the being, the place where potentialities are inscribed in us, helps us to actualize these potentialities. When we do so, this helps us build ourselves on solid rock. The house will then withstand storms better." – Andre Rochais (Founder PRH)

By Anastasia Retno Pujiastuti, SE, MM
11 April 2025