Kadang, masa remaja terasa seperti gelombang besar yang penuh gejolak. Kita mencoba berbagai peran, bertanya-tanya siapa sebenarnya diri kita, dan seringkali terombang-ambing oleh harapan orang lain. Erik Erikson bilang, ini adalah saat kita mencari jati diri, tapi juga mudah bingung dengan peran yang kita jalani.
Lalu, saat kita masuk ke masa emerging adulthood—sekitar usia 18 sampai pertengahan 20-an—perjalanan itu jadi lebih dalam. Kita mulai punya ruang untuk berpikir sendiri, menjauh sedikit dari bayang-bayang orang tua, dan mulai bertanya, “Aku ini siapa? Aku ingin jadi apa?”
Ini bukan soal cepat-cepat menemukan jawaban, tapi tentang mulai mendengarkan suara hati sendiri. Tentang berani memilih jalan yang sesuai dengan nilai dan keinginan kita, bukan cuma ikut arus atau ekspektasi orang lain.
“Independensi itu bukan cuma soal tinggal sendiri, tapi soal berani mendengarkan dan percaya pada diri sendiri.”
Tentu, perjalanan ini nggak selalu mudah. Kadang masa lalu, luka lama, atau kebiasaan lama masih ikut membayangi. Tapi kita punya pilihan: mau terus terjebak atau mulai memutus rantai itu dan membangun diri yang lebih kuat dan utuh.
“Hanya kita yang bisa menentukan cerita hidup kita. Pilihan untuk bertumbuh adalah milik kita sendiri.”
Masa emerging adulthood bukan cuma soal bertambah usia, tapi soal mulai memaknai diri dengan cara yang lebih dewasa. Kita mulai menjawab pertanyaan besar: “Aku ingin menjadi siapa?” dan mulai melangkah dengan penuh kesadaran.
“Menjadi dewasa berarti berani mengambil kendali dan membuka jalan menuju hidup yang otentik dan bermakna.”
Jangan lupa, setiap perjalanan itu unik. Tidak ada jalur yang sama untuk semua orang. Yang penting adalah kita hadir untuk diri sendiri, dengan penuh kasih dan kesabaran.