Pernah nggak sih kamu bertanya-tanya, kenapa ada orang yang lebih memilih hubungan tanpa status (HTS) daripada pacaran yang jelas? Sebenarnya, di balik pilihan itu, ada banyak alasan yang kadang nggak terlihat dari luar.
Salah satunya adalah takut komitmen. Bayangkan kamu pernah melihat orang tua atau orang terdekat sering bertengkar atau berpisah, atau mungkin pernah terluka dalam hubungan sebelumnya. Rasa takut itu bikin kamu ingin dekat dengan seseorang, tapi nggak mau terikat terlalu dalam. HTS jadi semacam “zona aman” di mana kamu bisa merasa dekat tanpa harus janji-janji yang berat.
Ada juga yang merasa harga diri atau self-worth-nya rendah. Mereka berpikir, “Aku nggak cukup baik untuk punya pasangan yang jelas.” Jadi, mereka menerima bentuk hubungan apa pun yang membuat mereka merasa dicintai, walau itu cuma HTS.
HTS juga menawarkan koneksi emosional tanpa risiko penuh. Kadang, kita butuh keintiman—baik secara emosional maupun fisik—tapi takut dengan beban komitmen. HTS terasa seperti jalan tengah antara kesepian dan hubungan serius. Tapi hati-hati, karena ekspektasi yang nggak seimbang bisa bikin hati terluka.
Beberapa orang juga terjebak dalam pola hubungan yang tidak sehat. Mereka mungkin sering menarik orang yang juga nggak siap berkomitmen, sehingga hubungan jadi berputar-putar tanpa kejelasan.
Terakhir, ada yang takut ditinggalkan. Mereka lebih memilih punya sedikit perhatian daripada kehilangan sepenuhnya. Meski tahu hubungan itu nggak sehat, rasa takut kesepian membuat mereka bertahan.
“HTS itu seperti berjalan di atas tali, terasa bebas tapi penuh ketidakpastian.”
Kalau kamu merasa sering berada di situasi HTS, coba tanyakan pada diri sendiri: Apa sih yang sebenarnya aku cari dari hubungan ini? Apakah ini pola yang berulang? Penting juga untuk mulai membangun rasa percaya diri dan batasan yang sehat. Jangan ragu mencari bantuan profesional jika kamu merasa terluka terus-menerus.
Ingat, kamu berhak mendapatkan hubungan yang sehat dan penuh penghargaan, bukan sekadar “cukup” atau “tanpa status.” 💬❤️